Meriahnya Pagelaran Kesenian Tradisional Merti Dusun Mendongan, Munggangsari – Ngadirejo

Dalam rangka memperingati 1 Suro / 1 Muharam 1447 H, warga Dusun Mendongan, Desa Munggangsari, Kecamatan Ngadirejo, menggelar Pagelaran Kesenian Tradisional selama dua malam berturut-turut, yaitu pada tanggal 25 dan 26 Juli 2025, dimulai setiap malam pukul 19.00 WIB (habis Isya) hingga pukul 24.00 WIB.

 

Kegiatan ini menjadi momen penting yang sangat meriah, dipadati oleh warga dari berbagai kalangan—baik dari Dusun Mendongan sendiri maupun dusun dan desa sekitar. Selain sebagai bentuk nguri-uri kabudayan jawi, acara ini juga menjadi wadah untuk meningkatkan kerukunan antarwarga, mengangkat potensi UMKM lokal, serta mengenalkan seni tradisional kepada generasi muda.

 

Susunan Acara:

Jum’at, 25 Juli 2025

Turonggo Mudo Putro Sindoro

 

Anurogo Mudo Tambaksari (AMT)

 

Turonggo Cahyo Ngudi Budoyo (TCNB) - DANGKEL

 

Pagelaran malam pertama diawali dengan penampilan yang penuh semangat dari para penari kuda lumping. Sorak sorai penonton membahana saat atraksi-atraksi memukau ditampilkan. Anak-anak hingga lansia larut dalam suasana sakral dan budaya yang kental.

 

Sabtu, 26 Juli 2025

Turonggo Mudo Putro Sindoro

 

Putro Aswotomo

 

Manunggal Bagusan

 

Turonggo Mudo Candi (TMC)

 

Malam kedua semakin semarak. Tidak hanya menyuguhkan kesenian kuda lumping, tetapi juga menjadi panggung kebersamaan. Para pelaku UMKM ikut memeriahkan dengan membuka lapak makanan tradisional, kerajinan tangan, hingga mainan anak-anak. Aroma jajanan pasar dan kuliner khas desa menambah hangat suasana.

 

Harmoni Budaya dan Ekonomi Warga

Pagelaran ini menjadi bukti nyata bahwa pelestarian budaya tidak hanya soal seni pertunjukan, tetapi juga mampu mendorong roda ekonomi lokal. Antusiasme warga begitu tinggi—mereka saling bergotong royong menyiapkan segala kebutuhan, dari panggung, konsumsi, hingga keamanan.

 

Acara yang diinisiasi oleh kelompok seni TUMPS (Turonggo Mudo Putro Sindoro) dan didukung penuh oleh warga Dusun Mendongan ini tidak hanya menjadi tontonan, tapi juga menjadi kebanggaan kolektif masyarakat. Panggung budaya ini adalah wujud cinta pada warisan leluhur.

 

Penutup

Dengan suksesnya pagelaran ini, harapan besar muncul agar tradisi Merti Dusun dan kesenian tradisional seperti ini bisa terus dilestarikan setiap tahunnya, menjadi identitas budaya lokal yang kaya nilai spiritual dan sosial.

 

“Guyub rukun mbangun budaya, nguri-uri kabudayan jawa kanggo anak putu ing tembe mburi.”